Seringkali begitu…
Kita dengan diri kita sendiri saja, lengkap dengan tameng:
“Inilah saya apa adanya!”
“That’s me!”
“Beginilah aku.l
“Ya inilah gue!”
Hati-hati…
Kadang kita juga terjebak atau sengaja menjebakkan diri dalam keadaan memperkuat diri sendiri sengan selogan: APA ADANYA
Sementara itu…seringkali juga ADA APANYA dibalik semua APA ADANYA itu.
Kalau memang selalu inilah AKU APA ADANYA.
Lalu…apakah arti makhluk lainnya bagi kita jika kita hanya menamengi diri sendiri dengan segala ke-APA ADA-annya diri kita sendiri.
Menggunakan Apa Adanya sementara itu mengusung Ada Apanya dibalik semua tameng Apa Adanya itu sendiri.
Seolah dengan halus memaksa yang lainnya untuk menerima AKU yang APA ADANYA.
Bukankah itu sama saja dengan diri kita yang ADA APANYA dibalik ke-APA ADA-annya itu sendiri?
Itulah kita yang APA ADANYA dibalik ADA APANYA.
*sebuah catatan yang ADA APANYA dan saya paksa pembaca untuk mengerti APA ADANYA catatan ini!!!
Bila kau ingin tau kekuatan dari seorang perempuan..
Ia tidak memukul atau melempar apa saja yang membuat pria itu sadar..
Tapi ia hanya menangis..
Karna..
Ketika wanita itu menangis..
Bukan air mata yang ia teteskan..
Tapi sebuah cerita..
Ketika ia sudah tidak lagi bisa menahan nya..
Dari apa yang iya inginkan..
Atau pun yang sedang ia rasakan..
Namun..
Tak pada siapa saja ia menumpahkan air matanya..
Hanya pada seseorang yang ia percayai didalam hidupnya..
Atau dalam kesendirian yang menyakitkan disaat hanya ada ia dan Tuhan..
Agar tak ada yang pernah tau bahwa sedang terlukanya ia..
Walaupun itu adalah pria yang menyakitinya,.
Dan menyalahkan kembali semua pada dirinya untuk sebuah kemenangan dalam kemengalahannya..
Selamat malam gerimis yang pelan..
Taring_iblis
———————————————————————————————————————————————-
Yep!!!!!
Puisi di aatas memang saya copas langsung dari status FB nya Akang Taring Iblis sang Rockstar!
Saya memang bukan orang yang ngerti-ngerti banget tentang puisi, hanya suka aja. Dan suka juga memperhatikan puisi-puisinya Taring Iblis. Saya merasa ada karakter Taring Iblis disitu, terkadang menceritakan tentang malam, tentang panas, tentang tidur, tentang hinanya kelakuan kita sebagai seorang hamba yang diperbudak dunia.
Entahlah, saat saya membaca Puisi itu, sejenak terngiang-ngiang suara Rangga AADC, juga tentang puisi Perempuan.
Ya, Aku perempuan!
Dia Perempuan!
Mereka Perempuan!
Kita Perempuan!
Mungkin aku tak persis tau, tapi aku mungkin paham….
C*nta terkadang bukan hanya tentang R*ndu yang menunggu Rangga dalam beberapa “Purnama”.
C*nta terkadang tentang hal-hal yang tidak sanggup dikatakan oleh hanya dengan R*ndu.
Bahkan jika ia dalamkeyakinan diamnya menunggu Rangga yang dalam perjalanan beberapa “Purnama”.